Selasa, 20 Desember 2011

CSR

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Atau disebut dengan : corporate citizenship, responsible business and corporate social performance
adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya
( namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.
Kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan yang akan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan dan kepentingan masyarakat serta organisasi itu sendiri (Daft, 2006: 213)
PANDANGAN PRO –KONTRA TERHADAP CSR
Di kalangan akademis dan kebijaksanaan publik, ada 2 pandangan yang saling bertentangan .
Pandangan klasik beranggapan bahwa tanggung jawab manajemen dalam menjalankan suatu bisnis adalah memaksimalkan laba
Beberapa alasan dalam menentang CSR :
Mengurangi laba perusahaan
Meningkatkan Biaya Perusahaan
Melemahkan Tujuan Bisnis
Terlalu banyak pengaruh Sosial bagi perusahaan
Di sisi lain, pandangan sosio economi beranggapan bahwa setiap organisasi harus menaruh perhatian kepada kesejahteraan sosial perusahaan
1.  Keuntungan jangka panjang
2.  Citra perusahaan
3.  Perusahaan memiliki kewajiban etis
4.  Perusahaan memiliki Sumber daya
5.  Lingkungan yang lebih baik bagi semua orang
6.  Masyarakat menginginkannya
Banyak kegiatan yang dapat dilakukan perusahaan :
1.  Ekologi dan Lingkungan
2.  Kebenaran dalam membantu dan melindungi lingkungan
3.  Bantuan pendidikan serta pelayanan kebutuhan masysrakat
4.  Praktek kerja yang memperhitungkan kaum minoritas
5.  Hubungan industrial yang progresif dan bantuan terhadap karyawan
6.  Kedermawanan perusahaan
ENAM PROGRAM PILIHAN
 Phillip Kotler dan Nancy Lee dalam bukunya ”Corporate Social Responsibility, Doing the Most Good for Your Company and Your Cause” (2005), mengidentifikasi enam pilihan program bagi perusahaan untuk melakukan inisiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan berbagai masalah sosial sekaligus sebagai wujud komitmen dari tanggung jawab sosial perusahaan.
Keenam inisiatif sosial yang bisa dieksekusi oleh perusahaan adalah: pertama, Cause Promotions dalam bentuk memberikan kontribusi dana atau penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah-masalah sosial tertentu seperti, misalnya, bahaya narkotika.
Kedua, Cause-Related Marketing bentuk kontribusi perusahaan dengan menyisihkan sepersekian persen dari pendapatan sebagai donasi bagi masalah sosial tertentu, untuk periode waktu tertentu atau produk tertentu.
Ketiga, Corporate Social Marketing di sini perusahaan membantu pengembangan maupun implementasi dari kampanye dengan fokus untuk merubah perilaku tertentu yang mempunyai pengaruh negatif, seperti misalnya kebiasaan berlalu lintas yang beradab.
Keempat, Corporate Philantrophy adalah inisitiatif perusahaan dengan memberikan kontribusi langsung kepada suatu aktivitas amal, lebih sering dalam bentuk donasi ataupun sumbangan tunai.
Kelima, Community Volunteering dalam aktivitas ini perusahaan memberikan bantuan dan mendorong karyawan, serta mitra bisnisnya untuk secara sukarela terlibat dan membantu masyarakat setempat.
Keenam, Socially Responsible Business Practices, ini adalah sebuah inisiatif di mana perusahaan mengadopsi dan melakukan praktik bisnis tertentu serta investasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas komunitas dan melindungi lingkungan.


TRIPLE BOTTOM LINES
"People, Planet and Profit" are used to succinctly describe the triple bottom lines and the goal of sustainability. The phrase was coined by John Elkington, co-founder of the business consultancy SustainAbility in 1994. It was later expanded and articulated in his 1998 book Cannibals with Forks: the Triple Bottom Line of 21st Century Business. (ref Business and Sustainable Development: A Global Guide). Sustainability, itself, was first defined by the Brundtland Commission of the United Nations in 1987.

People

"People" (Human Capital) pertains to fair and beneficial business practices toward labor and the community and region in which a corporation conducts its business.
The Global Reporting Initiative (GRI) has developed guidelines to enable corporations and NGO's alike to comparably report on the social impact of a business.

 Planet

"Planet" (Natural capital) refers to sustainable environmental practices. Generally, sustainability reporting metrics are better quantified and standardized for environmental issues than for social ones. A number of respected reporting institutes and registries exist including the Global Reporting Initiative, CERES Community Environment Park, Institute 4 Sustainability and others.

Profit

"Profit" is the bottom line shared by all commerce, conscientious or not. Arguably, from the perspective of sustainability, “Profit” is the most critical of the three triple bottom lines. If a strong focus is not maintained on the value proposition for the product or service for sale, profits will be affected and consequently a business’s ability to have any impact through its purpose (People and/or Planet) will be eroded.
Dalam melakukan CSR : perusahaan perlu melakukan CBBO: Cause-Business-Brand –Objective Analysis : program CSR tidak hanya cukup menghadirkan program sosial tanpa adanya analisa secara mendalam thd kesesuaian program tsb dengan misi dan tujuan perusahaan
Contoh ketepatan antara business dan brand mission : Body Shop yang sejak awal kemunculannya menunjukkan perhatiannya pada dunia ketiga, tidak melakukan uji coba pada binatang serta menolak kekerasan dalam rumah tangga.
Menurut penelitian dari Cone/Roper Corporate Citizenship di AS menunjukkan 88% karyawan yang menyadari program CSR memilik tingkat loyalitas yang tinggi terhadap perusahaannya bahkan 53% bekerja disebuah perusahaan karena komitmen perusahaan thd isu-isu sosial
Pada tahun 2001, penelitian National Employee Benchmark Study yang dilakukan oleh Walker Information : 62% karyawan yang bekerja di perusahaan yang memiliki CSR akan merekomendasikan perusahaan tersebut kepada orang lain, yang lebih menarik 73% karyawan menyebutkan mereka lebih loyal terhadap perusahaan yang memiliki misi sosial dengan program CSR.   
 Lima kriteria penting dalam menjalankan program saat ini :
1.    Sustainable empowerment
2.    Strategic Aliances dengan organisasi nirlaba
3.    employee participation 
4.    CSR yang mampu membangun buffer sosial dan politik
5.    High Profile : stand out : yang mudah didengar, dilihat dan diingat orang
Contoh CSR:
MARUBENI
Creating a Better Workplace for Women
Marubeni is dedicated to improving workplaces so that female employees can work comfortably and with peace of mind. In addition to espousing equal employment opportunities during recruitment, we have also introduced the Childcare Leave System and Nursing Leave System. During fiscal 2005, we also organized a team to make recommendations suggested by female employees to the company.
Seringkali tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR  oleh perusahaan seringkali hanya dimaknai dangkal. Apa yang diartikan sebagai tanggung jawab sosial (CSR) adalah ketika perusahaan memberikan bantuan sosial kepada korban-korban bencana alam, memberi  bantuan-bantuan  pada panti sosial atau yang disebut dengan praktek philanthropic, kemudian diliput media dan mendapat simpati dari masyarakat.
Padahal CSR bukan praktek celebrasi semata, CSR sesungguhnya adalah tanggung jawab moral yang penuh bagi para pemangku kepentingan perusahaan seperti karyawan, konsumen , masyarakat luas.
Kita lihat salah satu definisi tentang tanggung jawab sosial. Menurut World Business Council for Sustainable Development , CSR adalah komitmen untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan yang mana korporasi atau perusahaan bekerja dengan para karyawan, keluarga karyawan,  local community dan masyarakat secara umum untuk bersama-sama mewujudkan kualitas kehidupan (improving the quality of life). Artinya apa? Bahwa tugas perusahaan tidak hanya mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya saja.  Namun dia harus memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas kehidupan karyawan, memiliki tanggung jawab moral kepada komunitas lokal , konsumen serta pemangku kepentingan yang lain.  CSR  adalah cara dimana perusahaan berdialog dengan lingkungan dimana dia memberikan feedback yang positif kepada lingkungannya,   dimana lingkungan juga memberikan feed-backnya kepada bisnis, demikian seterusnya sehingga lingkaran dialektika ini yang sering disebut dengan mekanisme triple bottom line (People, Planet dan Profit)
 Bisnis dengan CSR sangat berbeda dengan bisnis traditional. Bisnis tradisional yang mengabaikan etika yang hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek akan semakin ditinggalkan orang dan akan meninggalkan image yang negatif (bad image) di mata public. Ada banyak sekali contoh, Enron sebagai salah satu perusahaan global yang harus kehilangan reputasi besarnya, kehilangan investor dan konsumennya karena banyak pelanggaran etika bisnis yang dilakukan. Di dalam negeri, kita mencatat Lapindo Brantas meninggalkan kenangan buruk akan para korban lumpur yang harus kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan tercerabut dari akar kulturnya    
Pengabaian-pengabaian terhadap tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh korporasi akhir-akhir ini menjadi topic yang hangat untuk dibicarakan serta direnungkan  Aksi demonstrasi anti Wall Street beberapa waktu yang lalu, dan masih dilakukan hingga kini  dilakukan karena masysrakat geram pada perilaku perilaku yang sangat tidak etis dari para eksekutif korporasi di negeri Paman Sam, yang antara lain membagi-bagikan bonus pada para eksekutifnya yang sumber dananya berasal dari suntikan dana Pemerintah AS . Di dalam negeri,  demo besar-besaran juga dilakukan oleh karyawan Freeport yang pada intinya menuntut peningkatan kesejahteraan sosial dari perusahaan .  Demo dan aksi karyawan pada karyawan Freeport bahkan mencapai puncaknya ketika hampir dari 90 persen karyawan Freeport ikut turun dan berdemo. Para konsumen operator seluar berbondong-bondong memprotes perusahaan operator karena mereka kehingan pulsanya karena praktek bisnis yang dipandang tidak fair yang dilakukan perusahaan
Menumbuhkan semangat tanggung jawab sosial dan etika manajerial menjadi tantangan tak terpisahkan dari bisnis dan korporasi modern, dan harus dimulai serta diawali sedini mungkin. Dari hal-hal yang sederhana, semisal memberikan upah yang layak bagi karyawan, memberikan lingkungan kerja yang sehat, bersikap jujur kepada konsumen, memberikan informasi yang benar alias tidak menyesatkan kepada calon investor dan konsumen, hingga tidak mengurangi ukuran berat timbangan atau bandul adalah bagian dari penegakan-penegakan etika bisnis yang kiranya tidak berat untuk dilakukan oleh perusahaan.  Banyak tindakan-tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh bisnis untuk bertindak secara etis dan memiliki moral yang tinggi
Adalah kewajiban manajemen untuk membuat suatu pilihan dan mengambil tindakan yang akan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan dan kepentingan masyarakat serta organisasi itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar