JAKARTA-Rusdi Kirana patut diberi gelar '' Raja Penerbangan'' di Indonesia. Dialah bos Lion Air yang sukses dan rendah hati.
Beberapa tahun silam, terbang dengan pesawat hanya milik orang-orang
berduit. Anggapan ini begitu kuat melekat karena memang ongkos naik
pesawat sangat mahal. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan
peraturan, mulailah bermunculan pesawat dengan biaya lebih terjangkau.
Demikian juga yang terjadi di Indonesia. Jika dulu pesawat hanya
didominasi oleh Garuda dan Merpati-dua perusahaan penerbangan milik
pemerintah (BUMN)-yang notabene harga tiketnya cenderung mahal, kini
berbagai maskapai terbang menghiasi angkasa Indonesia.
Maraknya dunia penerbangan Indonesia saat ini boleh jadi dipelopori
oleh munculnya maskapai penerbangan murah (low cost) pertama di
Indonesia, yaitu Lion Air. Dengan slogannya: "We make people fly" atau
"Kita membuat orang-orang terbang", maskapai yang baru beroperasi awal
tahun 2000-an tersebut seolah memicu munculnya maskapai low cost
lainnya. Lion sebagai maskapai baru segera menjadi bahan perbincangan
karena mampu menyedot banyak penumpang meski kehadirannya sempat
diragukan sebelumnya. Bahkan kini, maskapai tersebut telah menduduki
peringkat kedua sebagai maskapai dengan penumpang paling banyak di tanah
air.
Sukses Lion Air tak bisa lepas dari sosok pimpinannya, yakni Rusdi
Kirana. Kelahiran 17 Agustus 1963 ini mampu menepis segala keraguan
dengan menjadikan Lion Air sebagai salah satu armada terbesar saat ini.
Berbekal pengetahuan menjadi sales agent sebuah biro perjalanan, ia
nekad mendirikan Lion Air. Ia menyebut modalnya saat itu hanya
kepercayaan. ""Dari mana saya punya uang, modal airline itu kan bukan
cuma 1-2 milyar? Ini karena kepercayaan," tegasnya.
Terlahir dari keluarga pedagang, bapak tiga anak ini memang dididik
dengan keras oleh keluarganya. Hal itulah yang menjadi bekalnya untuk
membesarkan Lion Air. Dari kesuksesannya mendirikan biro perjalanan Lion
Tours, bersama dengan saudaranya-Kusnan Kirana-ia memberanikan diri
terjun ke bisnis penerbangan. Kala itu, banyak orang memperkirakan Lion
Air tidak akan bertahan lama. Sebab, pengalaman menjalankan bisnis biro
perjalanan dianggap sangat berbeda dengan menjadi operator pesawat
sendiri. "Banyak yang memprediksi saya, Lion Air akan segera tutup.
Waktu saya bisa bertahan sampai hampir setahun, ada teman dari salah
satu airline menelepon, you hebat juga bisa bertahan. Saya bilang saya
bukan hebat, nasib saja yang membawa saya bisa begini," ujarnya
merendah.
Selain pekerja keras, Rusdi memang dikenal sebagai orang yang rendah
hati. Ia mudah bergaul dengan banyak orang dan selalu tampil sederhana
di setiap kesempatan. Rusdi mengatakan bahwa itu semua didapat karena
latar belakang pendidikan orangtuanya. "Kami, nggak pernah diarahkan
mesti jadi apa. Jadi bajingan, maling atau pengusaha, terserah. Tapi ada
satu, mesti punya hati nurani. Dukungan materi tak mereka berikan, tapi
moril sangat besar, dan saya bisa sampai di hari ini karena dipercaya
orang," terangnya menyebut salah kunci sukses membesarkan Lion Air.
Selain itu, Rusdi juga menyebut bahwa bisnis yang digelutinya bisa
sukses karena ia selalu berusaha memberikan kepuasan kepada orang lain.
Maskapai nasional Lion Air membuat lompatan besar dengan membeli 230
pesawat Boeing senilai Rp195 triliun. Pesawat-pesawat ini akan dikirim
bertahap pada 2017-2025.
Transaksi ini merupakan terbesar setelah sebelumnya Lion memesan 178
Boeing 737-900ER yang diantar bertahap sejak 2007 hingga 2017.
Lion yang secara hukum berdiri pada Oktober 1999, dan beroperasi
pada 30 Juni 2000, hanyalah maskapai penerbangan yang awalnya punya satu
unit Boeing 737-200.
Namun, kini, Lion Air terus berkembang. Menurut Direktur Umum Lion
Air Edward Sirait, Lion Air telah memiliki 92 armada pesawat, termasuk
milik anak usahanya Wings Air. Jumlah pesawat ini akan terus bertambah
seiring dengan datangnya pesawat pesanan dari Boieng. Pada 2005
mendatang, Lion akan memiliki 408 pesawat.
Sukses Lion Air ini tak bisa lepas dari sosok Rusdi Kirana, salah
satu pemilik sekaligus presiden direktur Lion Air. Pria kelahiran 17
Agustus 1963 ini mampu menepis segala keraguan dengan menjadikan Lion
Air sebagai salah satu armada besar saat ini.
Dalam sebuah wawancara, Rusdi mengaku saat mendirikan perusahaan
hanya berbekal kepercayaan. Rusdi dan kakaknya, Kusnan Kirana, yang
sukses mendirikan perusahaan penjualan tiket Lion Tours, hanya memiliki
pengalaman menjual tiket. "Dari mana saya punya uang? Ini karena
kepercayaan," katanya.
Rusdi mengambil pasar yang saat itu belum tergarap: penerbangan
rendah biaya. Pada 1990-an, harga tiket pesawat sangat mahal, sehingga
hanya orang-orang kaya saja yang bisa terbang. Namun, setelah ada Lion
Air, zaman berubah. Harga pesawat tiket pun menjadi semakin terjangkau.
Maraknya penerbangan murah di Indonesia ini tak lepas dari Lion Air.
Dengan slogan "We make people fly", Lion mampu menyedot banyak
penumpang kelas bawah. Dengan sendirinya, Lion telah mematahkan anggapan
maskapai rendah biaya sulit hidup di Indonesia. Tekad Lion Air untuk
menjadikan Bandara Sam Ratulangi Manado sebagai international hub kian
mendekati kenyataan. "Tahun 2013 (Bandara Sam Ratulangi) Manado mulai
jadi hub kami untuk penerbangan ke Asia Pasifik," kata Presiden Direktur
Lion Air Rusdi Kirana kepada koran ini, kemarin sore.
Di akhir 2008 pertama kali Rusdi Kirana mengumumkan rencana Lion Air
menjadikan Manado sebagai pusat penerbangan maskapai itu dari dan ke
Asia Pasifik. Pengumuman yang disampaikan di hadapan Gubernur Sulut SH
Sarundajang itu dikemukakan Rusdi saat berkunjung ke Manado berkaitan
dengan persiapan pelaksanaan World Ocean Conference 2009.
"Rencana itu (Manado jadi hub Lion) kami akan laksanakan mulai 2013,"’
katanya. "Saya sudah sampaikan kepada pemerintah (rencana ini), dan Pak
Mangindaan (Menteri Perhubungan EE Mangidaan) menyatakan dukungannya,"
kata Rusdi.
Rencana Lion itu makin terbuka lebar lantaran Rusdi Kirana baru saja
menandatangani pembelian 230 pesawat dari Boeing Company, pabrik pesawat
terbang terkemuka di dunia yang bermarkas di Seattle, Amerika Serikat.
Penandatanganan kesepakatan pembelian 201 unit pesawat Boeing 737 MAX
dan 29 unit pesawat Boeing 737-900 ER tersebut dilakukan kemarin (18/11)
pukul 09.30 Wita di Hotel Grand Hyatt Nusa Dua Bali.
Boeing Company diwakili Raymond L Conner, Senior Vice President Sales
and Customer Support, dan Dr Dinesh Keskar, Senior Vice President Boeing
International. Sementara Lion Air diwakili Presiden Direktur Rusdi
Kirana. Hebatnya, penandatangan tersebut disaksikan langsung Presiden
Amerika Serikat Barrack Obama, juga dihadiri Dubes Indonesia untuk
Amerika Dino Patti Djalal dan Dubes Amerika untuk Indonesia Scot
Marciel.
Boeing Company melalui juru bicaranya Wilson Chow mengatakan,
kesepakatan pembelian 230 pesawat ini senilai US$21,7 miliar, setara
Rp195 triliun. Kesepakatan tersebut termasuk hak untuk menambah
pembelian 150 pesawat. Boeing mengumumkan, kesepakatan ini merupakan
order pesawat komersial terbesar dalam sejarahnya, baik dalam nilai
dolar maupun jumlah pesawat.
Lion Air merupakan maskapai swasta Indonesia yang menjadi pembeli
terbesar di Boeing. Sebelum ini, Lion Air sudah memesan 178 pesawat
Boeing 737-900 ER, yang dikirim mulai 2007 hingga 2016.
Hingga bulan lalu pabrik pesawat di tepi Danau Washington Seattle itu
sudah mengirim 50 pesawat Boeing 737-900 ER kepada Lion Air. Baik Boeing
737-900 ER maupun Boeing 737-MAX, Lion Air merupakan pemesan terbesar.
Total order pesawat Lion kepada Boeing mencapai 408 unit. Khusus untuk
order 230 pesawat yang baru disepakati kemarin, mulai dikirim Boeing ke
Lion Air pada 2017, dan berakhir pada 2025.
Total nilai order yang dilakukan Lion Air berjumlah US$37,7 miliar,
setara Rp339,3 triliun. Terdiri dari order pertama US$16 miliar dan
order kedua US$21,7 miliar. Pendanaan pembelian pesawat ini dilakukan
oleh konsorsium beberapa bank, yang dipimpin Bank Eksport Import
Amerika Serikat (US Exim Bank).
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama menyambut hangat kesepatan ini
dan memuji Lion Air sebagai perusahaan penerbangan swasta Indonesia yang
memiliki reputasi dunia. Pemesanan pesawat ini menguntungkan Amerika
Serikat dan Indonesia.
Bagi Amerika Serikat, order 230 pesawat ini memberi efek positif bagi
kebangkitan ekonomi negeri Paman Sam itu yang kini tengah dililit krisis
ekonomi. Obama mengatakan, order ratusan pesawat oleh Lion Air ini akan
membuka sedikitnya 100 ribu lapangan kerja di Amerika Serikat.
Obama tak hanya menyaksikan penandatanganan kesepakatan Boeing dan Lion
Air yang dilakukan di sela-sela kesibukan pemimpin negara adi daya itu
mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Bali.
Presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat itu memberikan pidato
singkat, sesuatu yang jarang dilakukan kepala negara dan pemerintahan
USA pada kesepakatan bisnis. "Ini adalah contoh luar biasa dari
investasi perdagangan dan peluang komersial yang ada di kawasan Asia
Pasifik," kata Obama memulai pidatonya.
"Beberapa hari terakhir ini, saya telah berbicara tentang bagaimana
memastikan kehadiran kami di wilayah ini, yang dapat langsung berkaitan
dengan lapangan pekerjaan di negara kami," kata Obama.
“Dan apa yang kita lihat di sini - kesepakatan bernilai miliaran dolar
antara Lion Air - salah satu yang maskapai penerbangan dengan
pertumbuhan tercepat tidak hanya di wilayah ini, namun di dunia - dan
Boeing akan menghasilkan lebih dari 100.000 pekerjaan di Amerika Serikat
untuk jangka waktu panjang."
Kesepakatan bisnis terbesar antara Boeing dan Lion Air ini merupakan
bagian dari kebijakan ekonomi AS. "Terima kasih kepada para pejabat
pemerintah yang berupaya agar hal ini terwujud. Ini merupakan salah satu
contoh bagaimana kami akan mencapai tujuan jangka panjang yang saya
tetapkan, yaitu meningkatkan ekspor AS sebanyak dua kali lipat dalam
beberapa tahun ke depan,"’ katanya.
Obama memuji Lion Air sebagai maskapai penerbangan swasta Indonesia
yang luar biasa. "Saya mengucapkan selamat kepada Lion Air atas
keberhasilan mereka yang luar biasa," katanya.
Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana mengatakan, pembelian pesawat
ini dilakukan sebagai bagian dari pengembangan bisnis Lion Air dan
sumbangsih kepada percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Dalam
beberapa tahun terakhir pertumbuhan penumpang pesawat di Indonesia
mencapai 30-35%. Tahun-tahun mendatang akan terus meningkat. Pembelian
pesawat ini kami lakukan untuk mengantisipasi peningkatan penumpang
tersebut," katanya.
Pemerintah sudah melakukan berbagai langkah antisipatif dan pembenahan.
Antara lain pembukaan dan penambahan kapasitas bandara-bandara baru.
Juga pengembangan operasional bandara, dari 14-16 jam menjadi 24 jam.
"Semua ini menjadi modal dan peluang bagi industri penerbangan nasional
untuk berkembang," kata Rusdi.
Selain untuk pengembangan, order 230 pesawat baru akan dimanfaatkan
Lion Air untuk terus meremajakan armada pesawatnya. "Order pesawat ini
mulai datang (ke Indonesia) tahun 2017. Pada saat ini kami akan mulai
meremajakan armada pesawat yang dibeli tahun 2007 ke bawah," katanya.
Sebagian lagi, akan didayagunakan untuk pengembangan, dengan membuka
rute-rute baru, baik domistik maupun luar negeri. "Untuk penerbangan ke
Pasifik, kami akan menjadikan Manado sebagai (airport) hub mulai 2013,"
katanya.
Rusdi menilai Bandara Sam Ratulangi cukup memadai dijadikan home base
bagi Lion untuk melayani rute-rute penerbangan internasional ke Korea,
China, Jepang, Taiwan dan Amerika Serikat. Keterbatasan Bandara Sam
Ratulangi sudah dapat diatasi secara bersama-sama oleh Lion dan Boeing.
"Kami (Boeing dan Lion) sudah memiliki peralatan navigasi yang lebih
canggih. Untuk mengatasi keadaan cuaca yang ekstrim saat mendarat,
Boeing sudah punya teknologi Radar Modernization Programme (RNP).
Pesawat-pesawat kami, sejak beberapa waktu lalu, khususnya yang ke
Manado, sudah menggunakan teknologi RNP," katanya.
Peralatan ini (RNP) dapat memandu pilot melakukan pendaratan dengan
aman dan tepat pada cuaca ekstrim. Bahkan dapat mendaratkan pesawat
secara otomatis. "Semua pesawat Lion yang baru nanti menggunakan
peralatan ini," katanya.
Selain itu, untuk order pesawat baru sudah memiliki jarak antar bangku
yang lebih lebar. Juga dilengkapi dengan in-flight entertainment di
setiap bangku. "Ini cocok untuk penerbangan jarak menengah, 5 hingga 6
jam. Waktu tempuh dari Manado ke Hong Kong dan kota-kota penting di
Jepang, China, Korea, dan Taiwan," kata Rusdi.(*)
2011
Presiden AS Barack Obama (kanan), Presdir Lion Air Rusdi Kirana,
(kiri-duduk), dan Senior Vice President Boeing Ray Conner (tengah) di
Nusa Dua, Bali, kemarin.
FENOMENAL: Presiden Barack Obama bertepuk tangan saat Rusdi Kirana
(kiri), Presiden Direktur Lion Air, bersalaman tangan dengan Ray Conner,
Senior Vice President Boeing, usai penandatanganan pembelian 201 Boeing
737-MAX dan 29 Boeing Next-Generation 737-900ER, di sela KTT ASEAN dan
Asia Timur di Grand Hyatt Hotel Nusa Dua, Bali, kemarin. (AFP)
Maskapai Indonesia, Lion Air,memborong 230 unit pesawat Boeing senilai
USD21,7 miliar (Rp195 triliun). Transaksi itu tercatat sebagai
kesepakatan bisnis terbesar dalam sejarah Boeing,melewati rekor
sebelumnya, saat produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) itu
mengumumkan transaksi dengan maskapai Emirates Airlines senilai USD18
miliar, 15 November lalu.
Kesepakatan antara Boeing dan Lion Air juga terasa istimewa lantaran
disaksikan langsung Presiden AS Barack Obama di selasela Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEANAsia Timur, di Nusa Dua, Bali, kemarin.Obama
menyebut kesepakatan bisnis itu sebagai kemenangan bagi pekerja di AS
dan konsumen di Asia.
NUSA DUA – Maskapai Indonesia, Lion Air,memborong 230 unit pesawat
Boeing senilai USD21,7 miliar (Rp195 triliun). Transaksi itu tercatat
sebagai kesepakatan bisnis terbesar dalam sejarah Boeing,melewati rekor
sebelumnya, saat produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) itu
mengumumkan transaksi dengan maskapai Emirates Airlines senilai USD18
miliar, 15 November lalu.
Kesepakatan antara Boeing dan Lion Air juga terasa istimewa lantaran
disaksikan langsung Presiden AS Barack Obama di selasela Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEANAsia Timur, di Nusa Dua, Bali, kemarin.Obama
menyebut kesepakatan bisnis itu sebagai kemenangan bagi pekerja di AS
dan konsumen di Asia.
Menurutnya, kesepakatan bernilai miliaran dolar antara maskapai
nasional Indonesia dan produsen pesawat Boeing merupakan contoh luar
biasa di bidang investasi perdagangan. Obama juga melihat hal tersebut
sebagai peluang komersial yang ada di kawasan Asia-Pasifik. “Beberapa
hari terakhir ini, saya telah berbicara tentang bagaimana memastikan
kehadiran kami di wilayah ini, yang dapat langsung berkaitan dengan
lapangan pekerjaan di negara kami,”kata Obama.
Dia menambahkan, kerja sama Boeing dengan Lion Air ini akan
menghasilkan lebih dari 110.000 lapangan kerja di AS untuk jangka waktu
panjang. “Ini merupakan kesepakatan bisnis terbesar, kalau saya tidak
salah, yang pernah dibuat Boeing. Akan ada lebih dari 200 pesawat
terbang yang akan dijual,”katanya.
Dalam kerja sama tersebut, tambah Obama, Pemerintah AS dan Ex-Im Bank
AS menjadi kunci dalam memfasilitasi kesepakatan ini.Presiden yang
pernah tinggal di Indonesia ini mengucapkan terima kasih kepada para
pejabat pemerintah yang berupaya agar kesepakatan itu terwujud. Menurut
Obama, transaksi perdagangan antara Lion Air dan Boeing itu merupakan
salah satu contoh langkah AS mencapai tujuan jangka panjang yang
ditetapkan.
Obama sebelumnya memang gencar mengampanyekan peningkatan ekspor AS
hingga dua kali lipat dalam beberapa tahun ke depan. “Saya
mengucapkanselamat kepada Lion Air atas keberhasilan mereka yang luar
biasa. Saya juga memberi selamat kepada Boeing yang telah membuat
pesawat terbang hebat,termasuk yang saya tumpangi ini,” ujar Obama
seraya tersenyum. Penjualan pesawat Boeing kepada Lion Air meliputi 230
unit pesawat jenis jet seri 737 untuk daya jelajah jarak pendek.
Bagi Boeing,kesepakatan tersebut merupakan upaya mengembalikan reputasi
mereka untuk bersaing dengan produsen Eropa,Airbus. Secara terperinci,
pesanan pesawat Lion Air terdiri atas 29 Boeing 737-900 Next Generation
dan 210 Boeing 737 MAX. Menurut Boeing, ke-201 pesanan 737 MAX itu
merupakan bagian dari komitmen Boeing dalam menyediakan sekitar 700
pesawat yang akan mulai masuk ke pasar pada 2017. Jenis 737 MAX juga
diklaim memiliki mesin yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar.
”Pesanan Lion Air jika telah difinalisasi akan menjadi yang terbesar
yang pernah ada,baik dari segi nilai maupun jumlah pesawatnya,” ungkap
Boeing. Pendiri dan Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana mengatakan,
Boeing 737 MAX merupakan masa depan bagi Lion Air.Menurutnya, Boeing 737
MAX merupakan pesawat yang memiliki teknologi tinggi dan efisien. Hal
tersebut akan berdampak pada penerapan tarif yang lebih murah dan
jangkauan rute lebih luas lagi.
“Ini akan menjadi masa depan yang sangat baik bagi Lion Air,”ujar
Rusdi. Direktur Umum Lion Air Edward Sirait menambahkan, pembaelian 230
unit pesawat Boeing 737 ini merupakan tambahan dari pembelian sebelumnya
sebanyak 178 unit Boeing 737-900ER dengan nilai USD16,8 miliar.
“Sebelumnya Lion Air sudah pesan 178 unit pesawat Boeing dan sekarang
tambah lagi sebanyak 230 unit pesawat.
Pemesanan pesawat ini akan dimulai pada 2017 dan selesai 2025,”ungkap
Edward. Di samping Boeing, perusahaan AS lainnya yang juga mendapatkan
order dari perusahaan Indonesia adalah General Electric (GE). Produsen
mesin pesawat terkemuka Paman Sam itu mengumumkan telah sepakat untuk
menjual 50 mesin pesawat pada maskapai Garuda Indonesia.
Pada
dekade 1990-an, berpergian dengan pesawat hanya milik orang-orang
berduit. Anggapan ini begitu kuat melekat karena memang ongkos naik
pesawat sangat mahal. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan
peraturan, mulailah bermunculan pesawat dengan biaya lebih terjangkau.
Demikian juga yang terjadi di Indonesia. Jika dulu pesawat hanya
didominasi oleh Garuda dan Merpati, kini berbagai maskapai penerbangan
bersaing mendapatkan konsumen di Indonesia.
Maraknya dunia penerbangan Indonesia saat ini boleh jadi dipelopori
oleh munculnya maskapai penerbangan murah pertama di Indonesia, yaitu
Lion Air. Dengan slogannya: "We make people fly" atau "Kita membuat
orang-orang terbang", maskapai yang baru beroperasi awal tahun 2000-an
tersebut seolah memicu munculnya maskapai low cost lainnya. Lion sebagai
maskapai baru segera menjadi bahan perbincangan karena mampu menyedot
banyak penumpang meski kehadirannya sempat diragukan sebelumnya. Bahkan
kini, maskapai tersebut telah menduduki peringkat kedua sebagai maskapai
dengan penumpang paling banyak di tanah air.
Sukses Lion Air tak bisa lepas dari sosok pimpinannya, yakni Rusdi
Kirana. Kelahiran 17 Agustus 1963 ini mampu menepis segala keraguan
dengan menjadikan Lion Air sebagai salah satu armada terbesar saat ini.
Berbekal pengetahuan menjadi sales agent sebuah biro perjalanan, ia
nekad mendirikan Lion Air. Ia menyebut modalnya saat itu hanya
kepercayaan. "Dari mana saya punya uang, modal airline itu kan bukan
cuma 1-2 milyar? Ini karena kepercayaan," tegasnya.
Terlahir dari keluarga pedagang, bapak tiga anak ini memang dididik
dengan keras oleh keluarganya. Hal itulah yang menjadi bekalnya untuk
membesarkan Lion Air. Dari kesuksesannya mendirikan biro perjalanan Lion
Tours, bersama dengan saudaranya, Kusnan Kirana, ia memberanikan diri
terjun ke bisnis penerbangan. Kala itu, banyak orang memperkirakan Lion
Air tidak akan bertahan lama. Sebab, pengalaman menjalankan bisnis biro
perjalanan dianggap sangat berbeda dengan menjadi operator pesawat
sendiri.
Dibekali ambisi yang tinggi dan modal awal 10 juta dolar Amerika
Serikat, Lion Air secara hukum didirikan pada bulan Oktober tahun 1999.
Namun pengoperasian baru berjalan di mulai pada tanggal 30 Juni tahun
2000, dengan menggunakan sebuah pesawat Boeing 737-200. Saat ini, Rusdi
Kirana sebagai salah satu pemilik Lion Air [5] memegang jabatan sebagai
Presiden dan juga Direktur.
Hingga pertengahan 2005, bersama dengan penerbangan internasional
lainnya, Lion Air menempati Terminal 2F Bandara Sukarno-Hatta; sedangkan
perusahaan penerbangan lokal atau penerbangan domestik menempati
Terminal Satu. Faktor tersebut, selain mampu memberikan para penumpang
kemudahan penerbangan sambungan ke Indonesia atau dari Indonesia ke
tujuan internasional lainnya, juga memberikan keuntungan lebih dari segi
prestise. Tetapi kemudian Lion Air dipindahkan ke Terminal 1A dan
penerbangan ke Pulau Sumatera,Batam,Pangkalpinang,dan Palangkaraya
dioperasikan di terminal 1B (mulai 11 Oktober 2010)hingga saat
ini.Sedangkan semua penerbangan internasional Lion Air dilayani dari
terminal 2E.
Pada 2005, Lion Air memiliki 24 pesawat penerbangan yang terdiri
dari 19 seri McDonnell Douglas MD-82 dan 5 pesawat DHC-8-301. Untuk
memenuhi layanan yang rendah biaya, Armada Lion Air didominasi oleh
MD-80 karena efisiensi dan kenyamanannya. Dalam upaya meremajakan
armadanya, Lion Air telah memesan 178 Boeing 737-900ER yang akan diantar
bertahap dari 2007 hingga 2014. Lion Air berencana bersaing baik dengan
Garuda Indonesia maupun Saudi Arabian Airlines untuk menerbangi
rute-rute umroh bahkan haji dengan pesawat Boeing 747-400. 2 (dua)
Pesawat Boeing 747-400 sudah masuk dalam armadanya.
Selain pekerja keras, Rusdi memang dikenal sebagai orang yang
rendah hati. Ia mudah bergaul dengan banyak orang dan selalu tampil
sederhana di setiap kesempahttp://www.blogger.com/img/blank.giftan.
Rusdi mengatakan bahwa itu semua didapat karena latar belakang
pendidikan orangtuanya.
Selain itu, Rusdi juga menyebut bahwa bisnis yang digelutinya bisa
sukses karena ia selalu berusaha memberikan kepuasan kepada orang lain.
Dengan prinsip tersebut, Rusdi Kirana kini dikenal sebagai pelopor
penerbangan murah di tanah air. Bahkan, ia pernah dinobatkan sebagai
tokoh bisnis paling berpengaruh dari sebuah media ekonomi nasional.
Kini, perusahaannya juga telah bersiap mendunia dengan aliansi beberapa
maskapai dunia.
Di dunia marketing : Tagline Lion Air sangat terkenal saat itu,
Terbang dengan Lion pulang bawa BMW, sebuah tagline yang sangat dahsyat
yang sanggup mendongkrak omzet perusahaan.
(Dari berbagai sumber )