Elia (bahasa Ibrani: Eliyahu, artinya "Yahweh adalah Allah"; bahasa Arab: Ilyās; bahasa Inggris: Elijah atau Elias) adalah seorang nabi di Kerajaan Israel Utara[2] pada zaman pemerintahan raja Ahab, Ahazia dan Yoram pada sekitar abad ke-9 SM, menurut Kitab Raja-raja dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama Alkitab Kristen. Elia juga dicatat dalam Perjanjian Baru dan Al Quran. Ia dihormati baik dalam agama Yahudi, Kristen dan Islam. Ia berasal dari Tisbe, Gilead.(1 Raja-raja 17:1)
- Menurut catatan 1 dan 2 Raja-raja, Elia berjuang agar bangsa Israel dan raja Ahab menyembah Yahweh, tidak kepada dewa Baal yang dibawa oleh ratu Izebel, isteri Ahab, ke Israel.
- Pertama, Elia menubuatkan bahwa tidak ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau dikatakannya. Elia sendiri disuruh Allah tinggal bersembunyi di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan dengan minum dari sungai itu, dan diberi makan roti dan daging oleh burung-burung gagak tiap pagi dan petang. Setelah sungai itu kering, karena tidak ada hujan, maka ia tinggal di rumah seorang janda di Sarfat yang termasuk wilayah Sidon. Waktu, putra janda itu yang mati sakit, Elia menghidupkannya kembali.(1 Raja-raja 17)
- Setelah 3,5 tahun kekeringan dan kelaparan, Elia muncul dan meminta Ahab untuk mengumpulkan semua nabi Baal, 450 orang semuanya, untuk membuktikan siapa yang hidup, TUHAN atau Baal. Nabi-nabi Baal dan Elia masing-masing membuat mezbah dengan seekor lembu di atasnya, kemudian masing-masing harus meminta allahnya untuk mendatangkan api dari langit supaya membakar korban di mezbah. Nabi-nabi Baal tidak berhasil, sedangkan doa Elia didengar TUHAN, yang mengirim api dari langit untuk membakar habis korban di mezbah. Setelah rakyat melihat itu, mereka mengaku TUHAN adalah Allah, lalu menangkapi semua nabi-nabi Baal dan Elia membunuh mereka semua di sungai Kison. Selanjutnya Elia berdoa dan turunlah hujan ke wilayah Israel.(1 Raja-raja 18)
- Karena diancam hendak dibunuh oleh Izebel untuk membalas dendam kematian nabi-nabi Baal, Elia lari ke padang gurun dan akhirnya bersembunyi di sebuah gua di gunung Horeb. Di sana ia menjumpai TUHAN dalam angin sepoi-sepoi, setelah datangnya angin besar, gempa dan api tanpa adanya TUHAN di sana. TUHAN memberi Elia 3 tugas (1 Raja-raja 19:15-16):
- Elia juga menegur raja Ahab, karena merebut kebun anggur Nabot di Yisreel dengan tipu keji rancangan Izebel, isterinya. Hukuman Tuhan: Ahab dan Izebel akan mati dan dimakan anjing, kemudian keluarganya akan dibasmi habis. Ahab bertobat, sehingga hukuman ditunda ke zaman anaknya.(1 Raja-raja 21)
- Ahazia, raja pengganti Ahab, jatuh sakit dan menyuruh orang meminta petunjuk ke Baal-zebub allah di Ekron. Elia menemui utusan-utusan itu untuk memberitahu Ahazia bahwa ia tidak akan bangun lagi dari tempat tidurnya dan mati.(2 Raja-raja 1:1-17)
- Di akhir hidupnya, ia berjalan ditemani Elisa menyeberang ke timur sungai Yordan kemudian terangkat ke sorga dengan mengendarai kereta kuda berapi dalam angin badai.[3]
- Di Kitab Maleakhi berisi nubuat, bahwa TUHAN akan mengutus nabi Elia kepada bangsa Israel menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat, yaitu kedatangan Mesias.[4] Hal ini membuat Elia dijadikan fokus studi eskatologi mengenai kedatangan Mesias. Figur Elia muncul dalam Talmud, Mishnah.
- Dalam agama Yahudi, nama Elia disebut pada ibadah mingguan Havdalah yang menandai akhir dari Sabat serta dalam kebiasaan lain, misalnya seder pada Paskah Yahudi dan Brit milah (penyunatan). Elia juga muncul dalam berbagai cerita di Haggadah dan pengajaran rabi-rabi, termasuk Babylonian Talmud.
Kita akan melihat pada Yak.5.17-18 mengapa rasul Yakobus
berbicara megenai Nabi Elia di sini? Apa yang mau dia beritahu kepada kita
lewat contoh Nabi Elia? Di ay.16, Yakobus berkata bahwa doa orang benar itu
besar kuasanya, lalu ia melanjutkan untuk berbicara mengenai kuasa dari doa
Elia di ay.17. Sangatlah jelas, Yakobus mau memakai contoh Elia untuk mendorong
kita agar meneladani nabi besar ini.
Sesudah
itu di ay.17-18, Yakobus mengutip dua mukjizat yang dilakukan oleh Nabi Elia
lewat doa. Mengapa doa Elia begitu kuat kuasanya? Mungkin Anda dapat berkata
bahwa itu adalah karena Elia adalah seorang yang benar. Lalu, apakah mungkin
bagi kita untuk mencapai tingkat kebesaran Elia? Jika memang tidak mungkin bagi
kita untuk mencapainya, mengapa Yakobus memakai suatu contoh yang begitu tinggi
dan meminta kita untuk meneladaninya? Karena Yakobus mengutip Elia sebagai
contoh, dapatkah kita berkata bahwa setiap orang Kristen mempunyai potensi
untuk mencapai kebesaran Elia?
Setiap
kali kita berbicara mengenai Nabi Elia, apa yang dapat kita pikirkan atau apa
yang menarik perhatian kita adalah kuasa Elia. Banyak orang Kristen yang sangat
ingin menjadi penuh kuasa seperti Elia. Bagaimanapun, kita tidak pernah
merenungkan dengan saksama mengapa doa Elia begitu kuat kuasanya. Mengapa
banyak orang Kristen tidak dapat menjadi seperti Elia yang penuh dengan kuasa?
Apakah mungkin Allah hanya mengaruniakan kuasa sedemikian kepada beberapa orang
yang telah Dia pilih? Hari ini, kita akan memfokuskan perhatian pada apa yang
menghubungkan kita dengan Elia. Mengapa kehidupan Elia begitu besar kuasanya?
Bagaimana kita dapat mencapai kebesaran ini?
Yakobus
menyebut dua doa dari Elia di ay.17-18. Di doa yang pertama, dia mendoakan agar
tidak hujan. Pada akhirnya, memang hujan tidak turun selama tiga tahun dan enam
bulan. Kemudian, Elia berdoa agar hujan dan memang langsung hujan. Mengapa Elia
memanjatkan doa yang demikian? Mengapa pada satu saat dia mendoakan tidak hujan
dan di momen yang lain dia mendokan hujan? Jika Anda mau mengetahui perincian
seluruh kisah ini, Anda bisa membaca di pasal 17-18 dari 1 Raja-raja.
Pertanyaan yang saya mau Anda pikirkan adalah ini: Mengapa rasul Yakobus secara
khusus mengutip dua contoh ini? Elia telah melakukan banyak sekali mukjizat,
mengapa Yakobus tidak menyebut tentang mukjizat yang lain? Mengapa ia secara
khusus mengutip dua contoh ini? Pertanyaan yang kedua adalah: Mengapa Elia mendoakan
agar hujan tidak turun dan kemudian mendoakan agar hujan turun? Mengapa ia
harus berdoa sedemikian? Apa yang menjadi tujuan dia menaikkan doa-doa yang
sedemikian?
Jika
Anda akrab dengan kehidupan Elia, Anda akan tahu mengapa dia meminta pada Allah
agar tidak hujan. Di zamannya Nabi Elia, bangsa Israel telah meninggalkan
Allah. Mereka berpaling dan menyembah Baal dan tidak lagi menyembah Yahweh.
Mengenai pokok ini, kita bisa membaca di 1 Raja-raja 16.29-33. Kita melihat
dari sini bahwa muncul seorang raja yang jahat yang bernama Ahab di Israel di
zamannya Nabi Elia. Raja ini melakukan apa yang jahat di mata Yahweh. Alkitab
memberitahu kita bahwa kejahatan yang dilakukan oleh Ahab itu jauh lebih dari
yang dilakukan oleh raja-raja yang sebelumnya. Dia memimpin bangsa Israel untuk
meninggalkan Yahweh dan menyembah ilah-ilah yang lain. Mari kita membaca di 1
Raja-raja 17.1. Dari sini kita bisa melihat bahwa Allah memperingatkan Raja
Ahab lewat Nabi Elia dan Allah mau memperingatkan bangsa Israel akan dosa-dosa
mereka lewat tidak turunnya hujan selama beberapa tahun, sebagai suatu displin
ke atas mereka. Karena itu, doa pertama Elia meminta Allah untuk tidak
menurunkan hujan adalah suatu tindakan displin ke atas bangsa Israel.
Lalu,
mengapa Elia berdoa kepada Allah untuk hujan setelah itu? Mari kita membaca 1
Raja-raja 18.1. Pertama-tama, saya mau kita semua memperhatikan satu pokok,
bahwa Elia tidak pernah berdoa sesuai dengan kehendaknya. Allah-lah yang
memberitahu Elia untuk mendoakan hujan. Mengapa tiba-tiba Allah menghendaki
hujan di bumi? Jika Anda terus membaca, Anda akan melihat bahwa Allah mau
memakai Elia untuk memimpin bangsa Israel agar bertobat dan berpaling kembali
kepada Allah. Hujan itu diberikan setelah bangsa Israel bertobat di hadapan
Allah di Gunung Karmel. Dikarenakan pertobatan bangsa Israel-lah, Allah
mengutus hujan ke bumi lewat doa-doa Elia. Hujan ini melambangkan kemurahan
Allah terhadap bangsa Israel. Walaupun pertobatan bangsa Israel tidak bertahan
lama, Allah masih menerima pertobatan mereka dan mengutus hujan ke bumi.
Sayangnya, bangsa Israel tidak mempertahankan ketetapan hati mereka di depan
Allah.
Setelah
kita memahami latar belakang ini, saya yakin kita sudah dapat memahami mengapa
rasul Yakobus memakai Elia sebagai contoh
untuk kita teladani. Yak.5.14-16 sedang berbicara mengenai permasalahan dosa di
dalam gereja dan Yakobus sedang mengajar kita bagaimana untuk menanganinya. Dia
juga berbicara mengenai bagaimana Allah dapat memakai sakit penyakit untuk
mendisplin orang-orang Kristen yang telah berbuat dosa dan dia memperingatkan
kita untuk mengakui dosa-dosa kita kepada pemimpin jemaat dan kepada sesama dan
juga untuk saling mendoakan.
Nasehat
yang sedemikian dari Yakobus sangatlah penting karena itu berkaitan dengan
permasalahan hidup dan matinya Jemaat. Dapat dikatakan bahwa setiap orang
memiliki tanggungjawab terhadap jatuh bangunnya Jemaat. Allah dapat memakai
Elia untuk membuat bangsa Israel bertobat dan kembali kepada Dia, Allah juga
berkenan untuk memakai kita untuk menggenapi tugas-tugas Elia. Itu juga berarti
bahwa setiap orang Kristen dapat menjadi seorang Elia. Lebih tepat lagi, setiap
orang Kristen harus menjadi seorang Elia.
Untuk
membuktikan bahwa pokok ini sejajar dengan Kitab Suci, mari kita belajar lebih
mengenai Elia. Pertama, mari kita memahami tugas-tugas Nabi Elia. Mari kita
buka di Lk.1.16-17. Di sini, kita melihat bahwa malaikat itu memberitahu bapa
kepada Yohanes Pembaptis, Zakharia, bahwa Yohanes Pembaptis akan mempunyai roh
dan kuasa Elia. Tugasnya adalah untuk membuat banyak orang Israel untuk kembali
kepada Allah. Dari pokok ini, kita dapat mengetahui apa yang menjadi tugas Nabi
Elia. Tugasnya adalah untuk memimpin umat Allah kepada pertobatan dan kembali
kepada Allah. Kita harus menangkap dengan jeas bahwa Yakobus bukan sedang
meminta kita untuk berusaha meneladani kuasa dari Elia. Dia mau kita
pertama-tama meneladani hati Elia (1 Raja-raja 18.37), yakni, untuk
memimpin mereka yang hilang untuk kembali kepada Allah. Dengan demikian, kita
perlu untuk memilah dengan jelas dan tidak memusatkan perhatian kita pada
hal-hal yang sekunder. Yohanes Pembaptis juga dikatakan mempunyai hati yang
sama dengan Elia, tapi Alkitab tidak pernah mencatat bahwa dia telah melakukan
mukjizat-mukjizat seperti yang dilakukan oleh Elia. Namun, kesamaan di antara
Yohanes Pembaptis dan Elia adalah di dalam kepedulian mereka pada hubungan
bangsa Israel dengan Allah, dan bagaimana dengan segenap hati dan kekuatan
mereka, mereka berusaha membuat bangsa Israel kembali kepada Allah. Itulah justru
hal yang rasul Yakobus mau kita teladani. Amanat yang Allah berikan kepada kita
di hari-hari terakhir ini adalah untuk memimpin umat ke dalam pertobatan dan
kembali kepada Dia.
Pokok
kedua adalah di Yak.5.17. Rasul Yakobus memperingatkan kita bahwa Elia adalah
seorang yang karakternya sama dengan kita. Apa yang dimaksudkan dengan ini?
Kata 'karakter', arti di dalam teks asli menunjuk kepada "kualitas/natur
orisinil". Secara sederhana, Yakobus sedang mengingatkan kita bahwa Elia
adalah seorang yang sama seperti kita, dalam darah dan daging. Elia dan kita
semua membagi kodrat yang sama. Mengapa Yakobus perlu untuk mengatakan ini?
Bagi saya, pokok ini sangat penting. Kita biasanya memandang pada nabi-nabi PL
dengan cara pandang yang salah. Kita pikir, mereka itu berbeda dari kita. Allah
memilih mereka karena mereka secara khusus lebih kudus dan benar. Mereka
sempurna dan tak bercela, manusia yang tanpa kelemahan. Kita tidak pernah
berpikir bahwa kita bisa menjadi seperti Elia, dipakai untuk menggenapi kehendak
Allah. Dengan demikian, saya pikir ini adalah suatu peringatan dari rasul
Yakobus yang sangat penting. Ingatlah : Elia mempunyai kodrat yang sama dengan
kita. Dia mempunyai kelemahan yang kita miliki. Dia bukan sosok yang sempurna
dan tak bercela seperti yang kita bayangkan.
Dari
sisi apa Elia itu seperti kita? Mari kita membaca 1 Raja-raja 19.3. Di sini
kita melihat Elia sedang melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya karena ia
ketakutan. Apakah ayat ini mengagetkan Anda? Mengapa nabi yang begitu besar
kuasanya ketakutan? Dia sedang melarikan diri demi menyelamatkan nyawanya
karena ia ketakutan. Tidakkah hal ini melukai harga diri seorang nabi? Dapatkah
Anda melihat bahwa Elia tidak sekuat yang kita bayangkan. Dia juga mempunyai
saat-saat di mana ia gentar. Kita bisa membaca ay.4 bersama-sama. Kita melihat
di sini bahwa Elia berdoa kepada Allah untuk mengambil nyawanya. Mengapa
tiba-tiba dia mau mati? Jika Anda melanjutkan pembacaan, Anda akan tahu bahwa
hal itu dikarenakan keputus-asaan dimana dia meminta agar Allah mencabut
nyawanya. Dengan demikian, kita melihat satu lagi kelemahan Elia - dia bisa
saja putus asa seperti kita. Saya mengutip rasa takut dan keputus-asaan Elia
sebagai contoh, justru untuk memberitahu kita bahwa Elia tidak sekuat dan sesempurna
yang kita bayangkan.
Mungkin,
Anda akan berkata, jika demikian, mengapa Allah memakainya dan tidak Anda?
Sekalipun Elia sama kodratnya dengan kita, memiliki kelemahan yang sama yang
kita miliki, terdapat suatu hal yang kita perlu pelajari darinya. Hal ini
adalah, setiap kali firman Allah datang kepadanya, dia akan taat. Seperti yang
tercatat di 1 Raja-raja 19, saat Elia sedang ketakutan dan putus asa, firman
Allah datang kepadanya dan dia memilih untuk tunduk kepada firman Allah pada
akhirnya. Berbeda dengan Elia, saat kita takut dan putus asa, kita akan fokus
pada perasaan kita dan tidak mau menaati firman Allah sedemikian rupa di mana
kita dikalahkan oleh kelemahan kita dan tidak mempunyai ruang untuk mengalami
kuasa Allah. Sebab itu, setiap kali kita merasa lemah, kita harus mengingat
kata-kata rasul Yakobus. Elia memiliki kodrat yang sama dengan kita. Jika Allah
dapat memakainya, Allah juga akan senang untuk memakai kita. Dengan demikian,
di saat kita lemah, kita perlu untuk lebih lebih lagi bergantung pada Allah dan
mengizinkan Dia untuk memanifestasikan kuasa-Nya di dalam kelemahan kita.
Yang
ketiga, mengapa Allah memakai Elia secara begitu luar biasa? Kita telah
menyebut tentang ketaatannya kepada firman Tuhan tadi, tapi terdapat satu lagi
pokok yang penting, yakni, Elia mempunyai satu kepedulian yang mendesak
terhadap umat Allah. Mari kita buka di 1Raja-raja 19.10. Kita melihat bahwa
Elia sangat cemburu bagi Allah. Mengapa? Karena dia melihat bahwa bangsa Israel
telah meninggalkan Allah. Ini menunjukkan bahwa Elia sangat amat prihatin
dengan keadaan spiritual bangsa Israel. Sebenarnya, keputus-asaannya adalah
suatu cerminan kepeduliannya untuk bangsa Israel. Mengapa Allah mendengarkan
doa-doanya? Karena Allah tahu akan kepeduliannya yang mendalam bagi umat Allah.
Dia peduli tentang apa yang menjadi kepedulian Allah dan Allah senang
mendengarkan doanya bukan karena Elia itu seorang santo yang sempurna dan tidak
bercela tapi karena kepeduliannya yang mendalam bagi umat Allah. Mari kita buka
di Lk.1.16-17. Kita melihat di sini bahwa Yohanes Pembaptis mempunyai roh dan
kuasa yang sama dengan Elia. Ini berarti memiliki hati yang sama dengan Elia.
Saat hati kita merindukan keselamatan umat manusia, doa-doa kita juga akan
didengarkan. Itulah rahasia dari kuasa Elia.
Oleh
karena itu, saat kita memahami pokok-pokok ini tentang amanat Elia, semangatnya
yang berapi-api untuk Allah, kepeduliannya untuk umat Allah, kita dapat
memahami mengapa rasul Yakobus berkata bahwa kita harus membantu mereka yang
telah menyimpang dari kebenaran untuk kembali di Yak.5.19-20. Justru inilah
yang menjadi amanat dari Elia. Tugas kita adalah untuk menjadi terang Allah di
zaman yang penuh kegelapan ini, memimpin mereka yang telah sesat untuk kembali
kepada Allah. Suatu hal yang perlu kita semua lihat dengan jelas - rasul
Yakobus bukan sedang menunjuk kepada penyebaran Injil dan memimpin orang untuk
kembali kepada Allah pada umumnya. Secara khusus, dia sedang berbicara mengenai
memimpin orang-orang Kristen untuk kembali kepada Allah. Yakobus menekankan
bahwa kita harus bermula dengan diri kita sendiri, mengakui dosa kita kepada
sesama dan saling mendoakan. Kita harus juga memimpin mereka yang telah
menyimpang dari kebenaran untuk kembali kepada Allah. Semuanya ini harus
bermula dengan Jemaat, umat Allah. Inilah justru yang menjadi tugas dan amanat
Nabi Elia. Hidupnya adalah untuk memimpin umat Allah yang telah menyimpang
untuk bertobat, agar mereka dapat sekali lagi melayani Yahweh. Hanya gereja
yang sedemikian yang dapat menjadi terang dunia.
Seringkali,
kita akan bertanya: mengapa Allah tidak mau memakai saya? Mengapa saya tidak
mengalami kuasa Allah? Satu alasan yang pasti adalah karena kita tidak memiliki
roh atau semangatnya Elia. Kita hanya menyibukkan diri dengan hal-hal kita sendiri,
kenikmatan hidup, keluarga, masa depan dan bahkan keselamatan kita sendiri.
Kita tidak berminat untuk mempedulikan kebutuhan umat Allah. Bukan hanya orang
yang demikian tidak akan dipakai oleh Allah, mereka bisa saja sudah tidak lagi
berada di antara orang benar karena dia tidak melakukan firman Tuhan yang
mereka dengar.
Saya
akan membuat satu kesimpulan yang sederhana di sini. Lewat pesan ini, saya mau
membantu kita semua untuk memahami bahwa Allah mau setiap orang Kristen menjadi
orang yang mempunyai semangat atau roh Elia. Mungkin Anda akan berkata,
"Memang, saya yakin Elia mempunyai natur yang sama dengan saya, tapi saya
mempunyai begitu banyak kelemahan sekarang dan saya masih hidup di dalam dosa.
Bagaimana saya dapat menjadi seorang Kristen yang mempunyai hati Elia?
Sebenarnya, rasul Yakobus telah memberitahu kita bagaimana untuk menjadi
seorang Elia di Yak.5.14-16. Pertama-tama, dia mendorong kita untuk mengakui
dan bertobat dari dosa-dosa kita. Kalau kita tahu, kita telah menyakiti hati
Allah, lalu apa lagi yang kita tunggu? Mengapa kita tidak dengan segera
mengakui dosa kita kepada pemimpin jemaat dan bertobat di depan Allah? Dengan
cara demikian, hubungan kita dengan Allah dapat diperdamaikan. Untuk memiliki
roh Elia, kita harus terlebih dahulu mempunyai hubungan yang baik dengan Allah,
agar kita dapat memimpin orang lain kepada Allah. Selain dari pengakuan dan
pertobatan, kita harus juga saling mendoakan, mendorong sesama untuk kembali
kepada Allah. Setelah kita menangani permasalahan mendasar ini, kita akan
menjadi orang yang benar di mata Allah dan Allah pasti akan mendengarkan
doa-doa kita dan memakai kita untuk menggenapi kehendak-Nya. Lalu, mengapa Anda
masih ragu-ragu?
Kunci Rahasia Doa Elia
Ayat Bacaan: 1 Raja-Raja 18:20-46.
"Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: "Datanglah
dekat kepadaku!" Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki
mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. Kemudian Elia mengambil dua
belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. -- Kepada Yakub ini
telah datang firman TUHAN: "Engkau akan bernama Israel." Ia
mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit
sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih. Ia menyusun kayu api,
memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu.
Sesudah itu ia berkata: "Penuhilah empat buyung dengan air, dan
tuangkan ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api itu!" Kemudian
katanya: "Buatlah begitu untuk kedua kalinya!" Dan mereka berbuat begitu
untuk kedua kalinya. Kemudian katanya: "Buatlah begitu untuk ketiga
kalinya!" Dan mereka berbuat begitu untuk ketiga kalinya, sehingga air
mengalir sekeliling mezbah itu; bahkan parit itu pun penuh dengan air." (1
Raja-Raja 18:30-35)
Seperti nabi Elia melakukan mujizat
di gunung Karmel yang mengakibatkan pertobatan suatu bangsa, yaitu bangsa
Israel, demikianlah Gereja Tuhan akan mengalami hal yang serupa. Apa yang
dilakukan Elia? Nabi Elia berdoa sehingga api kemuliaan Tuhan turun. Elia
menantang nabi-nabi Baal: ke depan ini akan ada peperangan yang dahsyat, karena
Iblis menurunkan jendral-jendralnya. Tapi, kemenangan pasti ada dipihak kita,
sebab Tuhan yang berperang. Apa yang menjadi kunci rahasia dari nabi Elia,
ketika Elia berdoa mengakibatkan pertobatan suatu bangsa, yaitu bangsa Israel.
Apa yang harus kita lakukan, ketika
kita berdoa membawa terobosan dan pertobatan kepada banyak orang, seperti yang
dilakukan oleh Nabi Elia:
1.
Perbaiki
Mezbah bagi Tuhan (1 Raja-raja 18:30c)
"Lalu
ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu" Apa yang dilakukan Elia sebelum doanya dijawab Tuhan, Elia
memperbaiki Mezbah sebagai tempat untuk menaruh persembahan kepada Tuhan. Bagi
orang yang tahu akan kunci rahasia sehingga hati Tuhan berkenan akan doa-doa
kita adalah membawa PERSEMBAHAN, dan persembahan itu harus ditaruh diatas
Mezbah. Langkah pertama Elia lakukan adalah perbaiki mezbah yang sudah runtuh
terlebih dahulu. Mezbah bisa berbicara hidup kita, apakah masih berantakan,
sudah tidak terawat lagi, rusak, ketika kondisi seperti itu, langkah pertama
adalah SADAR DAN BERTOBAT. Harus berani memulai kembali kehidupan yang bergaul
intim dengan Tuhan yaitu melalui Doa, Pujian dan Penyembahan.
2.
Harus
Unity dan Sepakat (1 Raja-raja 18:31)
"Kemudian
Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. -- Kepada
Yakub ini telah datang firman TUHAN: "Engkau akan bernama Israel."
Langkah
yang kedua Elia lakukan adalah mengambil dua belas batu (12 Suku Israel).
Ketika kedua belas suku Israel di persatukan maka akan terjadi Unity, tanpa
unity doa kita tidak akan terjawab. Unity dan sepakat dalam doa akan membukakan
pintu-pintu surga dan Tuhan akan memberikan jawaban.
"Dan
lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat
meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku
yang di sorga." (Matius 18:19)
3.
Beri
Persembahan yang Terbaik bagi Tuhan (1 Raja-Raja 18:34-35)
Elia tahu
memberi persembahan yang terbaik bagi Tuhan, Elia mempersembahkan air, menyiram
mezbah dengan air. Pada waktu itu, air menjadi barang yang langka dan berharga
karena hujan tidak turun selama tiga setengah tahun. Oleh Elia, sesuatu yang
mahal itu dipersembahkan bagi Tuhan. Persembahkanlah sesuatu yang langka dan
mahal (uang, pengampunan, dll), maka doa-doa kita akan dijawab Tuhan.
Depresi
Ada
dua tokoh dalam Alkitab yang berdoa minta mati kepada Tuhan. Selain nabi
Yunus, nabi Elia juga yang berdoa minta mati. Depresi adalah gangguan pada jiwa
seseorang, yang mengakibatkan tekanan, kelesuan, kesedihan, dan kemerosotan.
Depresi termasuk dalam kategori masalah besar di dunia. Ia disebut penyakit
“Flu emosional”. Semua orang pada waktu tertentu bisa terkena depresi.
Orang-orang kudus sekalipun terkenal mengalami depresi, dan Elia hanyalah satu contoh.
Alkitab memberitahu kita bahwa Elia adalah nabi Allah yang luar biasa.
Melaluinya Allah telah melakukan banyak mujizat, kebangunan rohani, dan
terobosan berkat atas bangsanya. Tetapi ada satu orang yang tidak menyukai
Elia. Ia adalah Izebel. Setelah Elia melakukan sebuah mujizat yang besar, Ahab,
suami Izebel menceritakan kepada istrinya semua yang telah diperbuat oleh Elia.
Izebel benci Elia. Ia sangat marah dan menyuruh seorang utusan menyampaikan
pesan kepada Elia bahwa; “Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan
lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat
nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu” Maksud Izebel
adalah: “Jika aku tidak membunuhmu dalam waktu 24 jam, aku siap membunuh diriku
sendiri”. Dan inilah Elia, yang tidak pernah merasa takut selama tiga
tahun, ketika seorang wanita mengacam nyawanya, ia menjadi takut, lalu lari ke
padang gurun, dan bersedih. Di bawah pepohonan, ia berdoa supaya ia mati. Elia
terkena depresi!. Alasan tertekannya jiwa Elia, dikarenakan cara berpikir yang
salah.
Mengapa Elia begitu
tertekan, sehingga tiba-tiba meminta agar lebih baik ia mati saja? Karena ia
memainkan permainan Empat mental.
Pertama;
Ayat 3: “Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya”
Elia
tiba di bawah pohon Arar, dan berdoa: “Tuhan, sudahlah! Lebih baik aku mati
saja. Aku tidak mau lagi berusaha dengan ini. Aku muak dengan semua ini. Aku
berusaha menjadi hamba-Mu, tetapi tidak seorangpun melakukan yang benar. Aku
hanya menyia-nyiakan hidupku, aku gagal, sekarang aku menyerah”
Permainan mental
pertama. Yang mengusung Elia masuk dalam kekacauan ini adalah, Elia berfokus
pada perasaan-perasaan, dan bukan pada fakta.
Berfokus pada perasaan-perasaan dan bukan pada fakta, selalu akan mengakibatkan
depresi. Kita berkonsentrasi pada bagaimana kita merasa, dan bukan pada
kenyataan. Elia merasa gagal, dan ingin mati saja, karena sebuah peristiwa yang
membuatnya takut. Mengapa ia lari? Karena ia merasa bahwa ia gagal, karena itu
ia berpikir ia telah gagal. Saya menyebut ini sebagai “Memberi alasan secara
emosional” konsepnya adalah “Aku merasakananya, jadi aku yakin itu pasti
benar” Dan ini menghancurkan siapapun.
Para musisi, olahragawan, dan bintang-bintang film, sering berkata, setelah
menyelesaikan sebuah pertunjukan mereka merasa seakan-akan gagal. Namun mereka
tahu, bahwa mereka juga harus mengabaikan perasaan-perasaan tersebut. Perasaan
tidak selalu benar, perasaan bukan fakta.
Saat Anda merasa Allah
tidak Ada dengan Anda, itu tidak berarti Allah benar-benar sirna dari jagat
raya. Dia ada, bahkan disaat Anda menghianati-Nya. Dia hanya memalingkan
wajah-Nya dari Anda, tetapi Dia masih ada dengan Anda.
Perasaan seringkali berdusta. Jadi jangan berfokus pada perasaan, tetapi pada
fakta, atau kebenaran. Saat Anda kurang dalam suatu bidang, Anda tidak
benar-benar gagal menjadi suatu pribadi. Itulah sebabnya Yesus suka
berkata: “Kamu akan tahu kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh
8:32) Pikirkanlah kebenaran, fakta, dan bukan perasaan. Saat Anda menyusuri
suatu lorong kegelapan dalam hidup, dan tiada seorangpun tahu, apa
sesungguhnya yang sedang meletihkan anda, saat Air mata Anda membanjiri pipi
Anda, karena semua orang memalingkan wajahnya dari Anda, berpeganglah pada
kebenaran, fakta, dan jangan pada perasaan Anda.
Kedua,
Ayat 4 “Cukuplah itu! sekarang ya Tuhan, ambilah nyawaku, sebab aku
tidak lebih baik, dari nenek moyangku”
Permainan mental kedua
yang dibuat oleh Elia, ialah, Karena ia mulai membandingkan dirinya dengan
orang lain.
Elia merasa ia tidak lebih baik dari orang lain, sebab itu ia berpikir bahwa ia
sama saja seperti orang lain. Ini adalah kekeliruan. Allah menciptakan kita
unik. Kita tidak sama. Hanya Anda yang menjadi seperti Anda. Dan Allah menyukai
itu.
Kebanyakan dari kita
telah jatuh ke dalam jebakan pikiran. Saat kita merasa tidak terlalu baik dalam
suatu bidang, kita tergoda untuk membandingkan diri kita dengan orang lain.
“Seandainya aku bisa seperti dia, aku akan bahagia”
Disaat Anda mulai
membandingkan diri Anda dengan orang lain, Anda sedang menginginkan depresi.
Alkitab berkata bahwa hal itu berbahaya, karena tidak bijak. “Memang kami
tidak berani menggolongkan diri kepada, atau membandingkan diri dengan
orang-orang tertentu yang memuji diri sendiri” (2 Kor 10:12a) Ketika
kita mulai membandingkan diri dengan orang lain, kita cenderung
mengkritik kekurangan-kekurangan kita, karena kelebihan-kelebihan orang
lain. Kita lupa bahwa orang-orang itu juga mempunyai bagian yang lemah, dimana
kita lebih kuat di dalamnya. Keluhan tidak membawa hasil, demikian juga dengan
kritikan. Hal itu hanya akan mendatangkan tekanan batin. Semakin Anda
mengkritik suatu kekurangan, semakin Anda kehilangan kekuatan. Anda menjadi
merosot, tak bergairah, dan kehilangan harapan.
Jangan bandingkan diri Anda dengan orang lain. Ingatlah bahwa dalam suatu
kekuatan, selalu ada suatu kelemahan. Jika Anda selalu berusaha meniru orang
lain, dan “mencambuk” diri Anda untuk menjadi seperti mereka, Anda akan
depresi."Tak perlu merasa dirimu kurang baik dari orang lain, karena bagi
seseorang kamulah yang terbaik dari orang lain"
Ketiga,
Ayat 10 “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan Allah semesta alam, karena
orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu, dan
membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang”
Permainan mental ketiga
yang Elia lakukan adalah, Karena ia ingin mengendalikan apa yang ada diluar
kendalinya.
Elia menatap Allah dan berkata: “Allah Engkau lihat, bahwa aku telah bekerja
keras selama tiga tahun, tetapi tetap saja mereka sedikitpun tidak lebih dekat
dengan-Mu. Aku sudah benar-benar berusaha, tetapi mereka tetap masih sama
seperti sebelumnya” Elia menyalahkan diri sendiri, karena hal yang sebenarnya
bukan tanggung jawabnya. Allah memilih Elia untuk menjadi penyambung lidah-Nya,
menyampaikan apa yang Allah ingin sampaikan, dan bukan untuk “Memproduksi”
orang-orang yang taat kepada Allah. Ini bagian Allah! Tugas Elia hanya
menyampaikan, dan melakukan apa yang Allah perintahkan, selanjutnya adalah
bagian Allah. Mengubah orang-orang menjadi lebih baik, bukanlah tanggung jawab
kita. Itu kehendak Allah, karya Allah, perbuatan Allah. Bagian kita hanyalah
melakukan apa yang Allah minta kita lakukan, dan menyampaikan apa yang Allah
minta kita sampaikan.
Jika Anda menolong orang lain, cepat atau lambat Anda akan menyadari
bahwa orang-orang tidak merespon seperti yang Anda harapkan. Anda bangun pagi,
dan masuk ke kamar doa untuk berdoa, dan Anda mengharapkan seisi keluarga
bangun tepat waktu untuk berdoa bersama. Namun mereka selalu terbelakang,
bahkan tidak terlibat. Anda tidak perlu merasa bersalah atau gagal atas respon
mereka. Ingatlah bahwa Allah telah memberikan kehendak bebas, dan setiap orang
berhak untuk mengambil sebuah keputusan, dan Anda tidak perlu bertanggung jawab
atas keputusan mereka. Jika Anda mengambil tanggung jawab yang Allah tidak
pernah maksudkan untuk kita, Anda akan depresi.
Salah satu dusta iblis
ialah mendorong mitos “Anda bertanggung jawab atas perubahan hidup seseorang”.
Allah bukan Anda, dan Anda bukan Allah. Sedetik sajapun, Allah tidak akan
mengijinkan Anda untuk menggantikan-Nya menjadi Allah. Lakukanlah bagian Anda,
dan jangan merasa bersalah atas apa yang diluar kendali Anda.
Keempat;
Ayat 10b “Hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin
mencabut nyawaku”
Permainan mental
keempat yang Elia lakukan ialah, Membesar-besarkan sesuatu yang negatif.
Elia memberitahu Allah bahwa, “Semua orang menentang aku, tidak ada lagi yang
sependapat dengan aku. Mereka yang mendukung aku telah terbunuh, dan sekarang
aku sebatang kara” Ia membesar-besarkan suatu kabar buruk. Tetapi faktanya,
tidak semua orang menentang dia. Hanya satu orang saja, yaitu Izebel. Dan apa
yang ia dengar hanyalah sebuah ancaman. Seandainya Elia memikirkan hal itu, dan
bukannya berfokus pada perasaannya, dengan segera ia akan menyadari bahwa,
Ezebel tidak benar-benar ingin membunuhnya. Benar Ratu itu mengirim seorang
utusan dengan pesan ancaman, tetapi jika Izebel benar-benar ingin membunuh
Elia, ia tidak akan mengirim peringatan, ia pasti mengirim seorang pembunuh.
Izebel membenci Elia, sebagian karena pengaruhnya yang besar. Adalah kebodohan
bagi ratu untuk membunuh Elia, karena peristiwa itu akan dianggap martir, dan
hal itu meningkatkan pengaruh Elia. Izebel cerdik, untuk menyingkirkan Elia. Ia
hanya ingin membuat Elia tampak seperti seorang pengecut di hadapan bangsa
Israel. Dengan demikian Elia dipermalukan, dan pengaruhnya memudar.
Tetapi Elia
membesar-besarkan hal ini. Ketika ia menerima pesan tersebut, Ia tidak berhenti
sejenak untuk mengevaluasi ancaman itu, ia langsung melarikan diri.
Membesar-besarkan sesuatu yang negatif, akan menjadikan kita tampak seperti
seorang pengecut. Hal itu akan menyebabkan tekanan, ketakutan, dan perasaan tak
berguna. Saat Anda dalam suatu masalah, tenangkan hati Anda, dan cobalah untuk
mengevaluasi apa tujuan dari masalah itu. Lihatlah segala sesuatu dari cara
pandang yang benar, jangan melebih-lebihkan suatu situasi. Ingatlah, bahwa
seberat apapun masalah yang Anda hadapi, Allah tidak mengharapkan Anda
melarikan diri. Evaluasilah masalah Anda, temukan kebenaran-kebenaran dari
tujuan masalah tersebut, dan ambilah sikap yang Allah harapkan Anda lakukan.
Elia baru mengalami kemenangan yang
gemilang melawan nabi-nabi Baal. Hal itu membuat ratu Izebel murka. Ia
mengancam akan membunuh Elia. Rupanya ancaman itu serius. Hal
ini membuat Elia pergi menyelamatkan nyawanya.
Sesampai di Betsyeba, Elia berhenti
dan berdoa. Apa yang didoakannya? Ia berdoa minta mati!
Sungguh mengejutkan. Seorang hamba Tuhan yang luar biasa dan dikagumi banyak orang justru berdoa minta mati (1 Raj. 19:4b).
Sungguh mengejutkan. Seorang hamba Tuhan yang luar biasa dan dikagumi banyak orang justru berdoa minta mati (1 Raj. 19:4b).
Mengapa Elia berdoa minta mati?
Mungkin hal itu dikarenakan kulminasi dari beberapa sebab, yaitu: 1) Ia kecewa karena umat Israel, khususnya raja Ahab, tidak mau bertobat. 2) Ia putus asa karena ia mengira hanya tinggal dia sendiri yang bekerja untuk Tuhan. 3) Ia takut karena ancaman dari ratu Izebel yang hendak membunuhnya. 4) Ia jatuh ke dalam depresi yang berat.
Mungkin hal itu dikarenakan kulminasi dari beberapa sebab, yaitu: 1) Ia kecewa karena umat Israel, khususnya raja Ahab, tidak mau bertobat. 2) Ia putus asa karena ia mengira hanya tinggal dia sendiri yang bekerja untuk Tuhan. 3) Ia takut karena ancaman dari ratu Izebel yang hendak membunuhnya. 4) Ia jatuh ke dalam depresi yang berat.
Elia hanya melihat kepada diri
sendiri dan situasi yang ada. Itu sebabnya ia kecewa, putus asa, takut
dan depresi yang berat. Hal itu membuatnya berdoa minta mati.
Tuhan mengasihi dan peduli pada
Elia. Ia tidak mencabut nyawa Elia, tetapi Ia datang untuk memberi pertolongan!
1) Ia memberikan istirahat, makan dan minum kepada Elia (1 Raj. 19:5-8). Kebutuhan fisiknya diperhatikan.
2) Setelah Elia lebih kuat secara fisik, Ia bertanya kepada Elia, “Apa kerjamu di sini, hai Elia?” (1 Raj. 19:9,13). Dengan itu Tuhan mau membangkitkan kesadaran Elia akan tugas dan panggilannya yang semula.
3) Tuhan memberi tugas baru kepada Elia untuk mengurapi tiga orang, yaitu Hazael menjadi Raja Aram, Yehu menjadi raja Israel, dan Elisa menjadi nabi yang akan menggantikannya (1 Raj. 19:15-16). Selain melayani, Elia harus mempersiapkan pengganti yang akan meneruskan pelayanannya. Visi dan misi Elia semakin diperjelas.
4) Ia memberitahu Elia bahwa ada 7000 orang yang tetap setia kepada Tuhan (1 Raj. 19:18). Tuhan meneguhkan hati Elia bahwa ia tidak sendiri.
1) Ia memberikan istirahat, makan dan minum kepada Elia (1 Raj. 19:5-8). Kebutuhan fisiknya diperhatikan.
2) Setelah Elia lebih kuat secara fisik, Ia bertanya kepada Elia, “Apa kerjamu di sini, hai Elia?” (1 Raj. 19:9,13). Dengan itu Tuhan mau membangkitkan kesadaran Elia akan tugas dan panggilannya yang semula.
3) Tuhan memberi tugas baru kepada Elia untuk mengurapi tiga orang, yaitu Hazael menjadi Raja Aram, Yehu menjadi raja Israel, dan Elisa menjadi nabi yang akan menggantikannya (1 Raj. 19:15-16). Selain melayani, Elia harus mempersiapkan pengganti yang akan meneruskan pelayanannya. Visi dan misi Elia semakin diperjelas.
4) Ia memberitahu Elia bahwa ada 7000 orang yang tetap setia kepada Tuhan (1 Raj. 19:18). Tuhan meneguhkan hati Elia bahwa ia tidak sendiri.
Elia bangkit. Ia kembali
melayani Tuhan dengan setia. Ia tidak lagi berfokus pada diri dan
kesulitannya, tetapi berfokus pada Tuhan. Dengan segenap hati ia melaksanakan
tugas dan panggilan dari Allah.
Semua orang bisa jatuh, tanpa
terkecuali. Orang yang merasa dirinya kuat, justru rentan terhadap
kejatuhan. Itu sebabnya kita harus senantiasa waspada dan berdoa agar
tidak jatuh dalam menghadapi berbagai pencobaan.
Janganlah mengarahkan pandangannya
hanya pada diri dan situasi semata, tetapi arahkanlah hati dan pikiranmu kepada
Allah. Ingatlah tugas dan panggilanmu, serta
perjelaslah visi dan misimu.
Ingatlah Filipi 4:13 yang mengatakan: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Ingatlah Filipi 4:13 yang mengatakan: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”